Saturday, August 15, 2009

Download Foto 1




Bukan Hanya benda maupun kita yang jadi korban, tetapi semua yang ada di dekat si Jago Merah akan di " Hajar"nya....




Download 17 Gambar Effect Kebakaran

Petunjuk Pelaporan

Petunjuk Pelaporan Masyarakat Kepada Dinas Pemadam Kebakaran

Ada beberapa cara melaporkan peristiwa kebakaran ke Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI Jakarta dan peranan masyarakat bila wilayahnya terjadi musibah kebakaran.

PELAPORAN DENGAN :
1. Pesawat Telepon
- sebut nama pelapor
- nomor telepon yang dipakai
- alamat kebakaran
- setelah telepon ditutup, harap ditunggu karena akan ada pengecekan kebenaran berita dari operator.

2. Pesawat Telepon Umum
- sebut alamat kebakaran
- sebut jenis yang terbakar
- akan dicek melalui pos polisi terdekat 3. Datang ke Kantor / Pos Dinas Pemadam Kebakaran Terdekat
- nama pelapor
- alamat pelapor
- alamat kebakaran
- jenis yang terbakar
Pelapor dapat ikut mobil pemadam kebakaran sebagai penunjuk jalan.

Peranan Masyarakat Bila Wilayahnya Terjadi Musibah Kebakaran
1. Mengamankan lokasi kebakaran dan orang-orang yang menghambat kelancaran kerja petugas Dinas Pemadam Kebakaran.
2. Memudahkan jalan masuk ke lokasi kebakaran, bila terdapat mobil yang parkir, khususnya pada jalan MHT agar disingkirkan/dipindahkan.
3. Membuka portal apabila jalan tersebut terdapat portal.
4. Melaksanakan pemadaman sebelum mobil unit dinas pemadam kebakaran datang ke lokasi kebakaran.
5. Memberitahukan sumber-sumber air yang ada (hidran,kolam,waduk,parit, dan lain-lain)

Link baca dan download File lengkap di atas

download file tautan di atas

Pelaksanaan Emergency Secara Dini Di Rumah Sakit

Untuk melaksanakan jaminan keselamatan maka jalan yang harus ditempuh oleh satuan
maupun perseorangan dalam team penanggulangan adalah :


1. Harus bisa mengusahakan identifikasi seluruh barang atau benda–benda yang mengandung bahaya (baik yang di sebabkan oleh kebakaran, ledakan yang hasilnya seperti asap, uap beracun dan arus listrik dan runtuhnya bangunan.
2. mengindentifikasi penyimpanan medical appliance maupun bahan bahan untuk treatment pasien seperti obat-obatan, dan untuk terapi lainnnya.
3. Petugas diwajibkan untuk memperoleh informasi tentang di konsentrasikan pada tempat penyimpanan barang yang diberikan label, tanda bahaya dari benda barang dokumen pengiriman barangbarang tersebut, agar bisa jelas jalan / metode apa yang harus digunakan untuk penanganan di TKP.
4. Pimpinan Operasi tentunya harus bisa mencarikan petunjuk – petunjuk operasi yang di dapat dari buku panduan operasi emergency tersebut.
5. Dapat mempertahankan posisi dalam melaksanakan penaganan, dengan tidak mengabaikan arah angin, asap dan uap dengan jalan memanfaatkan teknologi yang telah di ciptakan untuk hal tersebut.
6. Dalam operasi kebakaran, pencarian atau operasi yang lain memang harus dapat diperhitungkan tidaklah berlebihan apa bila sebuah organisasi pelayanan masyarakat dalam memberikan pertolongan harus memperhatikan keselamatan petugas yang dalam hal ini minimal peralatan pernapasan dan tentunya tidak cukup dengan ini bahkan apabila kita menghadapi kejadian yang memang memerlukan pengamanan yang ekstra maka tidak bisa ditinggalkan begitu saja yaitu tentang pengamanan petugas bahkan apabila petugas tidak dilengkapi dengan peralatan safety maka jangan sekali-sekali kita melakukan sesuatu justru menambah jumlah korban ditempat kejadian.
7. Dalam pelaksanaan pemadaman maupun penyelamatan jiwa atau barang, prinsip utama yaitu keselamatan, dan keamanan harus dengan konsisten. Oleh karenanya pengamatan atau monitoring oleh setiappimpinan operasi harus dilakukan. Melalui prinsip pengawas keselamatan kerja, maka seluruh kegiatan harus bisa dimonitor/diawasi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan apabila ada ketidakcocokan dari rumusan SOP dengan kondisi yang ada, maka sebagai pimpinan cepat mengambil keputusan untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada, dan harus dapat memberikan masukan untuk merevisi SOP yang ada setelah operasi dilakukan.
8. Sudah siapkah kita sebagai petugas yang diharuskan mampu memberikan pertolongan dalam kejadian apapun, untuk tidak meninggalkan tanggungjawab yaitu melaksanakan pelayanan yang sebaikbaiknya, kalau belum bisa atau belum memperoleh pengetahuan yang seharusnya kita miliki dan berguna untuk perlindungan kepada semua pihak, baik penolong, korban, penonton, dan petugas lainnya.
9. Menolong untuk menghindarkan korban di situasi dari suatu kejadian yang membahayakan seperti persenjataan militer nuklir, biokimia dan pertolongan untuk memberikan dukungan kesempatan hidup dalam keadaan yang sulit, misalnya tertimbun puing, terkurung api, tenggelam dalam kendaraan, dan masih banyak lagi kesulitan pelaksanaan kegiatan petugas kebakaran.
10. Penempatan korban dan fasilitas extication, perawatan emergency serta transportasi bagi yang cedera harus mengikuti panduan yang telah dirumuskan (EMS dan EMT) untuk mengambil prioritas masalah medis dikonsentrasikan kepada tempat radiologi dan jangan menunda penyelamatan atau pengiriman bagi yang mengalami cedera yang serius dan bagi pasien yang terkontaminasi.

KOMUNIKASI
a) Yang harus dilakukan adalah memberikan informasi kepada rumah sakit, bagi korban terkena kontaminasi atau terkena radiasi.
b) Menginformasikan daerah radiologi kepada pusat pengendalian tentang kondisi TKP (tempat kejadian perkara)


Baca dan download file lengkapnya, klik link d bawah ini.

download file tautan di atas

Mengimbangi dan Memenangkan Resiko Kebakaran

RENCANA INDUK KEBAKARAN
Mengimbangi kekuatan musuh yaitu api kebakaran untuk kemudian memenangi pertempurannya,
secara teknis dewasa ini sudah tidak menjadi sebuah persoalan yang sulit lagi, dalam arti teknologi
atau lebih spesifik lagi yaitu pengetahuan tentang proteksi kebakaran (Fire Protection/Fire Engineering)
telah menyediakan jawaban tentang bagaimana dan apa yang harus diperbuat untuk mengimbangi dan
memenangkan pertempuran melawan api kebakaran.
Manusia, faktor utama risiko.Yang menjadi masalah atau menjadi salah satu faktor risiko kebakaran
(fire risk) utama adalah justru manusia itu sendiri (bencana kebakaran hampir seluruhnya disebabkan
oleh ulah manusia/’man made disaster’). Bencana kebakaran, masih banyak yang
memandangnya bukan sebagai risiko yang dapat diminimasi, melainkan sebagai musibah. Juga masih
kuat anggapan bahwa biaya untuk proteksi terhadap bahaya kebakaran bukan biaya yang tergolong
sebagai biaya investasi yang dapat dikembalikan dalam waktu relative cepat, atau sikap
menggampangkan bahwa soal bencana kebakaran adalah soal nanti.
Luput dari perhatian publik Turunan dari pandangan dan anggapan tersebut di atas adalah pada
pengaruh atau dampak negatifnya dalam bentuk tidak bertumbuhnya bidang proteksi dan mitigasi
kebakaran diberbagai segi . Hal tersebut berkonsekuensi kepada semakin longgarnya penerimaan
terhadap resiko kebakaran, yang berlangsung tanpa mendapat perhatian dari publik. Segi-segi yang
luput dari perhatian publik tersebut antara lain; Penelitian - langkanya penelitian kebakaran dilakukan di
Indonesia, sementara penelitian kebakaran yang dilakukan pihak kepolisian dengan laboratorium
forensiknya hanya berkepentingan pada aspek pemidanaan/asuransi saja tanpa penyebarluasan hasil
penelitian seperti laiknya sebuah penelitian ilmiah, Pendidikan dan Pelatihan - langkanya training center
pencegegahan dan penanggulangan kebakaran, belum adanya sekolah kebakaran atau jurusan
pengetahuan proteksi kebakaran pada perguruan tinggi, Pendataan - belum adanya lembaga yang
khusus menangani statistik kebakaran nasional, Kualitas SDM - belum adanya standar kompetensi bagi
mereka yang beraktivitas di bidang proteksi kebakaran, Cost effective- penggunaan anggaran lebih
berat untuk memenuhi strategi reaktif pemadaman kebakaran sedangkan kegiatan pencegahan yang
agresif melalui edukasi publik, inspeksi bangunan dan penegakan hukum belum dipandang sebagai
kegiatan strategis yang perlu didukung oleh anggaran yang memadai, dan lain- lain.
Keterlibatan pemangku kepentingan/stakeholders Dalam konteks proteksi dan mitigasi kebakaran kota,
faktor manusia, khususnya pengambil kebijakan, instansi perangkat pelaksana kota terkait , penduduk
dan pengelola bangunan, secara negative adalah juga merupakan sebuah faktor risiko yang
berhubungan erat dengan kerentanan kota dari bahaya kebakaran. Dapat disimpulkan bahwa
kerentanan kebakaran kota akan meningkat apabila kota dan pemangku kepentingannya ‘tidak
berbuat banyak’ untuk hal proteksi dan mitigasi kebakaran.
Perencanaan. Jika ruang kota ingin dijadikan ruang yang menyejahterakan penduduknya, maka kota
dan pemangku kepentingannya tanpa kecuali harus mengupayakan proteksi dan mitigasi atau system
ketahanan terhadap risiko bencana kota yang sewaktu-waktu dapat terjadi secara konsisten dan
berjangka panjang. Jika bencana tersebut adalah bencana kebakaran, maka rencana untuk
menumbuhkan proteksi dan mitigasinya adalah sebuah keniscayaan. .
Gambaran kerentanan terhadap kebakaran berikut proteksi dan mitigasinya ke depan diperoleh
dengan membuat prediksi atau prakiraan tentang permasalahan kebakaran kelak berdasarkan
15/08/2009 jakartafire.org - Mengimbangi dan…

penyelidikan yang cermat atas permasalahan kebakaran kemarin (masa lalu) dan hari ini (sekarang).
Kajian masa lalu dikenal dengan ‘analisis data’ yang sangat tergantung pada ketersediaan data
yang baik. ‘Evaluasi’ adalah melihat kondisi yang tengah berlangsung (sekarang) yang
mensyaratkan kemampuan menguji situasi secara objektif. Proses memprakirakan kondisi yang akan
datang dan mempersiapkan pengimplementasiannya mensyaratkan adanya sebuah proses
perencanaan yang harus selalu diikuti/dimonitor. Hasil akhir dari proses perencanaan ini berupa sebuah
‘Rencana’ (Plan) dan ‘pengimplementasiannya’ yang akan menjadi tantangan bagi kota
untuk dapat memenuhinya.
Mengingat implementasi ‘rencana’, maka dalam prosesnya perlu ditetapkan loop umpan balik
(feedingback loop), agar dapat ditaksirnya keberlanjutan rencana dalam artian seberapa besar
rencana telah berkontribusi kepada suksesnya pencapaian tujuan. Selain itu loop umpan balik
merupakan cara untuk menyediakan data hasil kajian yang akan dikembalikan pada ‘rencana’
sehingga keberlanjutannya dapat terjaga meski terdapat hal yang perlu dirancang ulang (redesign).
Instansi perangkat kota yang menangani proteksi dan mitigasi kebakaran, perlu mengembangkan
beberapa rencana yang berkaitan dengan pencegahan dan pemadaman kebakaran. Rencana tersebut
harus spesifik, diarahkan oleh tujuan yang dinyatakan dengan jelas, dilaksanakan dalam waktu singkat
(satu s/d lima tahun), sepenuhnya direncanakan oleh pihak internal. Contohnya antara lain, rencana
program pelatihan, rencana penggantian apparatus, rencana revisi tanggap pertama dll. Perencanaan
instansi kebakaran tersebut harus mempertimbangkan perencanaan instansi lain misalnya perencanaan
tata-ruang, perencanaan oleh perusahaan air, penegakkan peraturan bangunan dsb.nya.
Perencanaan Induk Sebuah tipe perencanaan proteksi dan mitigasi kebakaran, dikenal dengan sebutan
‘Perencanaan Comprehensive’ atau ‘Perencanaan Induk’, ditujukan untuk keseluruhan
masalah proteksi kebakaran komunitas, baik pencegahan maupun pemadaman kebakaran, secara jelas
melibatkan instansi dan organisasi dari banyak komunitas, mungkin dari tingkat kecamatan, kota,
kabupaten, propinsi dan pemerintah pusat.
Perencanaan komprehensif adalah sebuah kebutuhan dari komunitas-komunitas untuk
mengintegrasikan semua komunitas dalam upaya pencegahan dan pemadaman kebakaran sekaligus
meningkatkan efisiensi dan ke-efektifan biaya atas kegiatan tersebut. Meningkatnya proteksi komunitas
terhadap kebakaran adalah tujuan dari perencanaan ini.Derajat keberhasilannya harus diukur dari
penjumlahan total biaya kebakaran (total cost of fire), tidak dari hanya sebuah sub-sistem.
Perencanaan komprehensif mempunyai tujuan (goals) yang jelas dinyatakan dan disertai dengan caracara
yang disepakati dalam pengukuran pencapaiannya. Setiap tujuan terdiri dari beberapa
sasaran(objectives). Sebuah taktik kemudian dirancang untuk pencapaian sasaran. Semua sasaran
menuju kepada penyelesaian strategi secara keseluruhan. Jika sasaran dan taktik direncanakan dalam
garis waktu, maka keseluruhan waktu yang diperlukan bagi sebuah rencana komprehensif akan
diketahui, dan jangka waktu pencapaian sasaran tampak jelas.
Proteksi kebakaran, hampir seluruhnya merupakan ‘a local responsibility’. Setiap komunitas
masing-masing mempunyai kondisi uniknya sendiri, oleh karena itu sebuah system proteksi kebakaran
yang berhasil di sebuah komunitas , jangan dipandang akan berhasil juga pada komunitas lainnya.
Untuk mencukupinya, system proteksi kebakaran harus menjawab setiap kondisi local/setempat ,
terutama pada perubahan kondisi. Perencanaan adalah kunci, tanpa perencanaan berbasis local,
system proteksi kebakaran akan tidak cocok bagi kebutuhan local dan tidak dapat diadaptasikan kepada
kebutuhan komunitas yang berubah. Perubahan peta zoning, akan mengubah kebutuhan proteksi
kebakaran. Sebuah area pemukiman padat yang diubah menjadi bangunan gedung tinggi apartment,
akan mengubah kebutuhan proteksi kebakaran pada area tersebut.
Menurut U.S.Fire Administration (lih; Fire Protection Handbook, edisi 18, NFPA) :
â€oePerencanaan induk adalah sebuah proses partisipatif yang menghasilkan penetapan sebuah
system pencegahan dan pengendalian kebakaran yang berorientasi pada tujuan, berjangka panjang,
komprehensif, menyajikan ‘known cost/loss performance’, menyesuaikannya dengan perubahan
kebutuhan komunitas secara menerus†. (kursif dari penulis).
15/08/2009 jakartafire.org - Mengimbangi dan…

â€oePerencanaan induk harus mempertimbangkan semua unsur komunitas …yang berkaitan dengan
unsur-unsur system pencegahan dan pengendalian kebakaran†.
â€oePerencanaan induk melibatkan semua pihak yang berkepentingan pada pengembangan sebuah
uraian jelas tentang hubungan cost/loss….â€
â€oePerencanaan induk membolehkan anda ….menganalisis pencegahan dan pengendalian kebakaran
secara sistemattik melalui prosedur akal-sehat (common sense procedure)…..â€
â€oePerencanaan induk mempunyai tiga tahapan: pra-perencanaan , perencanaan, dan implementasi.
Tahap pra-perencanaan mendapatkan komitmen-komitmen yang diperlukan, komite-komite, estimasi
dan jadual, dan persetujuan untuk lanjut (go-ahead approvals). Tahap perencanaan mengumpulkan
dan menganalisis data, membuat tujuan dan sasaran, menentukan sebuah tingkat layanan proteksi
kebakaran yang dapat diterima, mengidentifikasikan alternatif-alternatif, dan membangun rencana
(plan). Tahap implementasi tidak pernah berakhir, karena rencana terus berjalan (ongoing) dan selalu
direvisi dan dimutakhirkan. (Ekie Keristiawan)


Klik link dibawah ini untuk mendowload File pengetahuan di atas

download file tautan di atas

Mencegah Kebakaran

Bagaimana cara mencegah bahaya kebakaran?
1.Usahakan mengisi minyak ke dalam kompor tidak luber atau jangan biarkan minyak di dalam kompor
kosong.
2. Periksa sumbu kompor apakah ada yang panjang sebelah atau ompong, karena bisa menyulut
kebakaran.
3.Jangan menaruh kompor terlalu dekat ke dinding.
4.Jangan menyimpan barang yang mudah terbakar, seperti bensin atau minyak tanah di kolong meja
kompor, atau dekat dengan sumber api.
5.Bila menggunakan kompor gas, taruhlah kompor dan tabung gas di tempat yang ventilasinya bagus
atau mencukupi agar udara mudah keluar masuk. Sehingga bila terjadi kebocoran, gas akan langsung
terbawa angin. Hindari menempatkan kompor gas di dekat barang yang mudah terbakar. Juga, jangan
menaruh kompor gas di sebelah kompor minyak. Apabila terpaksa, taruhlah kompor gas sekitar 1-2
meter dari kompor minyak.
6.Periksalah saluran gas dari tabung ke kompor.
7.Untuk listrik, jangan memasang lampu berlebihan dan jangan menempelkan stop kontak bertumpuktumpuk.
Pasalnya, kabel akan panas dan meleleh, dan dapat menyebabkan percikan api yang lamalama
bisa menyulut kebakaran.
8.Jangan merokok di tempat tidur.
9.Jangan menaruh obat nyamuk bakar terlalu dekat dengan barang-barang yang mudah terbakar.
10.Jangan biarkan anak kecil bermain korek api.
11.Jangan membakar sampah di tengah terik matahari atau deraan angin kencang


Bagaimana jika kebakaran tak bisa dicegah?
1.Padamkan api sebisa mungkin. Bila kompor yang terbakar, Anda bisa memadamkannya dengan
menggunakan karung atau kain yang telah dibasahi air. Api terdiri atas tiga unsur, yaitu unsur benda,
udara, dan panas. Dengan kain atau karung basah, konsepnya adalah menghilangkan unsur udara. Kain
atau karung basah menutup pori-pori, sehingga mencegah udara masuk.
2.Jangan sekali-kali menyiramkan air ke atas kompor yang terbakar. Car aini tidak akan memadamkan,
namun sebaliknya, justru akan memperluas daerah yang terbakar.
3.Jika kebakaran disebabkan listrik, putuskan aliran listrik secepatnya dan padamkan percikan apinya.
4.Bila api tak kunjung padam, utamakan keselamatan diri Anda. Segera menghubungi dinas pemadam
kebakaran dengan menekan nomor 113.
5.Usahakan memberikan informasi yang jelas, seperti apa yang terbakar dan dimana lokasinya. Ini
dimaksudkan agar petugas PMK dapat mengirimkan unit pemadam yang sesuai dengan kejadian.
Pasalnya, penanganan musibah kebakaran berbeda satu sama lain. Misalnya jika yang terbakar pom
bensin, petugas akan mengirimkan mobil pemadam yang mempunyai peralatan khusus, seperti mobil
foam, sementara jika yang terbakar gedung bertingkat, petugas akan mengirimkan mobil tangga.


Klik link dibawah ini untuk mendowload File pengetahuan di atas

download file tautan di atas

Klasifikasi Jenis Kebakaran

Klasifikasi jenis kebakaran berdasarkan penjelasan pasal 23 & 24 Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992,
tentang penanggulangan bahaya kebakaran dalam wilayah DKI Jakarta
1. Kebakaran Klas A
Kebakaran dari bahan biasa yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, pakaian dan sejenisnya. Jenis
alat pemadam : yang menggunakan air harus digunakan sebagai alat pemadam pokok.
2. Kebakaran Klas B
Kebakaran bahan cairan yang mudah terbakar seperti minyak bumi, gas, lemak dan sejenisnya. Jenis
alat pemadam : yang digunakan adalah jenis busa sebagai alat pemadam pokok.
3. Kebakaran Klas C
Kebakaran listrik (seperti kebocoran listrik, korsleting) termasuk kebakaran pada alat-alat listrik. Jenis
alat pemadam : yang digunakan adalah jenis kimia dan gas sebagai alat pemadam pokok.
4. Kebakaran Klas D
Kebakaran logam seperti Zeng, Magnesium, serbuk Aluminium, Sodium, Titanium dan lain-lain. Jenis
alat pemadam : yang harus digunakan adalah jenis khusus yang berupa bubuk kimia kering.

Klik link dibawah ini untuk mendowload File pengetahuan di atas

download file tautan di atas

The Fireground Commander

Selama ini cukup sering kita mendengar istilah Fireground Command dalam berbagai kesempatan diskusi baik di
forum forma ataupun informal.
Dalam kesempatan kali ini penulis akan mencoba berbagi informasi tentang fireground command yang semoga dapat
menjadi bahan diskusi dalam upaya mengembangkan kapasitas pribadi sebagai petugas pemadam kebakaran. Sebagai
acuan utama tulisan ini adalah buku Fireground Commander yang disusun oleh Alan V. Brunacini dan berbagai sumber
lain untuk memperkayanya. Dengan satu pertimbangan sengaja beberapa istilah tidak penulis terjemahkan karena akan
mengurangi maknanya. Fireground Command Satu operasi pemadaman kebakaran yang efektif berpusat pada
seorang insiden commander. Ketika satu operasi tidak ada komando, atau ada lebih dari satu komando maka operasi
pemadaman kebakaran dapat di bagi menjadi 7 bidang, yaitu: Action Command and control Coordination Planning
Organization Communication Safety Action Ada beberapa kesempatan ketika seorang petugas pemadam kebakaran
melakukan tindakan salah, melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan standar ketentuan dan prinsip-prinsip
pemadaman kebakaran (ct. menggelar selang melewati lubang ventilasi atap atau melakukan serangan dari arah yang
salah). Kesalahan prosedur tersebut dapat membahayakan keselamatan jiwa dan menambah kerugian. Solusi:
Tetapkan satu komandan (commander) yang mengikuti petunjuk baku dan pastikan semua personil mengikuti aturan.
Command and control Kebakaran tanpa komando atau memiliki banyak komandan cenderung akan kacau dan tidak
memberi hasil atau sia-sia. Solusi: Komando yang kuat, segera, dan nyata oleh seseorang yang bertanggungjawab
mengontrol keseluruhan operasi akan dapat dengan tepat menggerakkan keseluruhan tim. Untuk dapat melakukan hal
ini dibutuhkan satu sistim komando yang menentukan satu orang incident commander dan memberikannya dukungan
organisatoris yang dibutuhkan untuk komando dan kontrol yang tepat. Coordination Ketika instansi-instansi yang
beroperasi berasal dari berbagai instansi yang berbeda maka mereka cenderung untuk malakukan tindakan sendirisendiri.
Tindakan-tindakan ini cenderung mengabaikan kapasitas keseluruhan tim apabila mereka bersatu. Pemadaman
kebakaran seperti ini seringkali bekerja bersilangan / bertentangan dengan tindakan yang akan dilakukan oleh unit lain di
lokasi kejadian. Solusi: Semua instansi harus berkoordinasi melalui satu incident commander. Orang ini harus
menetapkan rencana keseluruhan, memerintahkan instansi-instansi yang ada untuk melakukan tindakan yang spesifik,
dan membantu instansi tentang tugasnya dengan menggunakan arahan yang efektif tentang operasi yang berjalan.
Tujuan utama dari komandan ini adalah untuk mendapatkan hasil maksimum dengan mengoptimalkan sumber daya
yang tersedia. Planning Pemadaman kebakaran yang efektif membutuhkan satu rencana yang berdasarkan dari satu
prediksi di mana kebakaran terjadi dan apakah yang akan terjadi nanti. Apabila tidak ada seorang komandan, tidak akan
ada rencana dan yang melakukan penyesuaian rencana. Apabila ada banyak komandan, rencana yang dihasilkan akan
tidak cukup dikoordinasikan. Solusi: Tentukan seorang Incident Command yang akan mengkombinasikan satu sistem
rencana pra-kebakaran, pengamatan, dan memporoses informasi dari lokasi kebakaran untuk membuat satu rencana. Ia
(incident commander) harus memformulasikan rencana strategi dengan dasar pengalaman dan pemahaman tentang
perilaku api, dipertajam dengan pengertian tentang lingkungan kebakaran (bentuk struktur, konstruksi, tempat-tempat
tersembunyi, beban kebakaran, dan kelengkapan proteksi kebakaran). Organization Menganalogikan dengan
permainan, tanpa rencana permainan yang menyeluruh, diragukan semua peserta akan memainkan perannya dengan
benar. Kebingungan peran ini akan menyebabkan tindakan tidak teratur, yang akan merusak strategi, taktik, dan
tahapan pemadaman kebakaran. Solusi: Memiliki seorang commander yang menyusun rencana dan menetapkan
aturan-aturan permainan, hubungan, dan fungsi setiap orang di lokasi kebakaran.
Communications Kesulitan komunikasi adalah cerminan permasalahan pengorganisasian yang timbul pada opaerasi di
lokasi kebakaran. Satu instansi perlu untuk mengatur tugas masing-masing dan saling bertukar informasi yang cukup
dengan instansi lain untuk melengkapi tugasnya. Ketika arus informasi ini lamban, berlebihan, atau terhenti,
kebingungan akan mulai terjadi. Solusi: Tentukan seorang komandan yang akan menggunakan prosedur operasi
standar yang mendukung komando, koordination, dan pengorganisasian. Bagian dari prosedur ini adalah komunikasi
yang menguraikan arus informasi di lokasi kebakaran pada seluruh tahapan operasi. Safety Pemadaman kebakaran
yang tidak terkontrol seringkali menyebabkan / mengarah pada pencegahan petugas pemadam dari kecelakaan , yang
lebih intensif yang sesungguhnya tidak perlu apabila operasi dapat dikontrol dengan baik. Semua kecelakaan akan
menyebabkan efek merugikan pada keseluruhan operasi, demikian juga efeknya terhadap korban. Solusi: Menentukan
seorang cmmander yang menerapkan standar keselamatan operasi untuk memberi komando, mengatur operasi, dan
mengontrol posisi serta fungsi keseluruhan instansi yang ada pada lokasi kejadian. Ia harus selalu meningkatkan faktor
keselamatan.

Klik link dibawah ini untuk mendowload File pengetahuan di atas

download file tautan di atas

Prinsip Umum Pemadaman Kebakaran

LOCATE, CONFINE, EXTINGUISHING Masih merupakan kesatuan dari seri "Prinsip Umum Pemadaman Kebakaran"
penulis mencoba berbagi informasi yang mungkin dapat menjadi bahan diskusi bagi rekan-rekan petugas Pemadam,
terlebih mereka yang masih pemula dalam bidang pekerjaan yang penuh tantangan. Sebagai tema dari tulisan kali ini
adalah Locate, Confine, Extinguishing. Ketika satu unit Pemadam Kebakaran tiba di lokasi kejadian secara otomatis
terlintas dibenak para petugas berbagai pertimbangan tentang kondisi lokasi dan insiden. Segera setelah itu tindakan
awal yang perlu di ambil segera di lakukan. Tindakan-tindakan yang mereka lakukan, sesuai kondisi yang mereka
hadapi, biasanya tidak terlepas dari pola, tentukan titik lokasi (locate), lokalisir/hambat perambatan kesegala arah
(confine), dan pemadaman (extinguishing). Tindakan awal (tentukan lokasi) seringkali dilakukan sebelum pengamatan
terhadap lokasi dan kondisi insiden telah sepenuhnya dilakukan. Seringkali penentuan lokasi dianggap termasuk
sebagai bagian dari proses pengamatan (size up) akan tetapi ada perbedaan mendasar karena untuk menentukan lokasi
kejadian diperlukan kerja fisik oleh para petugas. Penentuan titik lokasi kejadian (locate) seharusnya telah dapat
dilakukan oleh para petugas sebelum unit mereka berangkat menuju lokasi insiden. Akan tetapi seringkali para petugas
pada saat berangkat masih belum pasti titik lokasi kejadian, karena banyak laporan darurat dilakukan orang yang
melintasi tempat kejadian tanpa pelapor tahu persis apa dan di mana objek yang terbakar misalnya. Karenanya
sebelum berangkat menuju lokasi kejadian yakinkan terlebih dahulu titik kejadian, sehingga dari awal dapat diperkirakan
pola operasi yang akan diterapkan. Termasuk di sini adalah dimanakah posisi unit akan ditempatkan dan dari manakah
unit dapat mencapai lokasi kejadian serta ke arah manakah selang akan di gelar untuk operasi pemadaman Kebakaran
atau peralatan rescue apakah yang paling tepat untuk dipersiapkan pada operasi rescue. Karena kita sadari apabila dari
awal kita salah dalam menentukan titik lokasi maka untuk berbalik arah dalam upaya mencapai rute yang tepat adalah
bukan hal yang sederhana atau mudah. Atau ternyata karena kesalahan menempatkan unit proses menggelar selang
menjadi sulit karena akses menuju titik kejadian terhalang oleh bangunan tinggi, sungai, lintasan (rel) kereta dan
sebagainya. Karenanya melengkapi petugas dengan radio komunikasi akan sangat membantu mereka menuju titik
lokasi dan penempatan unit. Dengan adanya radio komunikasi apabila informasi lebih detil tentang titik dan kondisi
kejadian yang masuk setelah unit berangkat akan dapat disampaikan oleh operator atau petugas lain yang lebih
mengetahui lokasi tempat kejadian. Tindakan lanjutan yang biasanya dilakukan para petugas Pemadam adalah
lokalisir/hambat perambatan api / kebakaran kesegala arah (confine). Tindakan ini dilakukan untuk menjaga agar
Kebakaran tidak meluas yang otomatis akan menyulitkan upaya pemadaman dan tentunya menambah kerugian yang
diderita oleh masyarakat. Ada juga yang menambahkan tindakan sebelum melokalisir perambatan Kebakaran dengan
melindungi objek-objek yang terpapar oleh kebakaran/panas (protect exposures). Hal ini tentunya dapat menjadi bahan
diskusi yang menarik, akan tetapi dalam tulisan ini penulis tidak akan menganalisa perlu atau tidaknya tindakan tersebut.
Karena pada dasarnya setiap kejadian menuntut tindakan yang spesifik yang mungkin berbeda antar satu dengan
lainnya. Walaupun sekilas terlihat sederhana akan tetapi untuk kota Jakarta seringkali menjadi tindakan yang sangat
pelik terutama untuk kawasan permukiman tidak tertata karena akses menuju titik lokasi kejadian sangat terbatas dan
sulit, karenanya Kebakaran sering meluas dan tidak terkendali. Sekali lagi fungsi radio komunikasi sangat memegang
peranan dalam memandu penempatan unit-unit pada area Kebakaran yang luas. Urutan terakhir dari tindakan-tindakan
tersebut adalah pemadaman (extinguishing), walaupun bukan tindakan yang mudah akan tetapi apabila tindakantindakan
terdahulu telah dapat dilaksanakan dengan baik tindakan pemadaman akan menjadi lebih ringan. Terlebih lagi
apabila para petugas yang melakukan pemadaman telah memiliki pengalaman yang cukup dan dilengkapi dengan
peralatan dan kelengkapan yang memadai serta terjaminnya pasokan air sebagai bahan Pemadam utama dalam
sebagian besar kejadian Kebakaran. Sebagai rangkuman dari tulisan ini dan tulisan-tulisan sebelumnya dalam seri
"Prinsip Umum Pemadaman Kebakaran" adalah bahwa setiap kejadian Kebakaran atau insiden lain membutuhkan
tindakan spesifik yang berbeda satu dengan lainnya walau terkadang terlihat sama. Oleh karenanya pengalaman
operasional dan latihan simulasi yang bervariasi akan menjadi modal setiap personil dalam menentukan tindakan yang
harus dilakukan dalam setiap insiden. Selain itu ketersediaan Prosedur Operasi Standar (POS) (standard operating
procedure (SOP)) akan sangat membantu para petugas dalam melakukan operasi dan juga mencegah kesalahankesalahan
yang tidak perlu yang mungkin akan memperburuk keadaan. Satu hal lagi yang menarik, yang diungkap
dalam buku sumber tulisan ini, yang mungkin dapat menjadi bahan diskusi bagi para petugas Pemadam Kebakaran dan
penyelamat dan disebutkan sebagai aturan pamungkas (last rule) untuk pemadaman Kebakaran, yaitu "biarkan keadaan
mengatur prosedur" (let circumstances dictate procedures).


Klik link dibawah ini untuk mendowload File pengetahuan di atas

Klik link ini untuk dowload data di atas