Thursday, August 6, 2009

TABRAKAN KERERTA API (Korban)






Lima Jam Tergencet, Akbar Pun Meninggal...

Rabu, 5 Agustus 2009 | 04:40 WIB

"Allahu Akbar..., Allahu Akbar. Tahan..., tahan. Ini sudah terbuka. Hati-hati. Siapkan jalurnya. Jangan halangi!” seru Mukmin Maulana, seksi operasi Badan SAR Nasional, Kabupaten Bogor, Selasa (4/8). Tak lama kemudian, jasad Akbar Felani (21), asisten masinis KA Pakuan Express Nomor 221, dapat dikeluarkan dari impitan badan kereta sekitar pukul 15.30.

Drama penyelamatan Akbar memang tidak berakhir bahagia. Saat tabrakan antara KRL AC Pakuan Express dan KRL Ekonomi Nomor 549, keduanya melayani rute Bogor-Jakarta. Tabrakan terjadi pada pukul 10.28.

Ketika itu, Akbar masih bernapas meskipun sebagian badannya terjepit di antara kabin masinis KA Pakuan Express dengan bagian belakang gerbong terakhir KRL Ekonomi.

Potok (50), warga Bubulak, Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, dan salah seorang saksi mata, mengatakan, sekitar pukul 11.00 setelah tabrakan, banyak warga sekitar tempat kejadian naik ke atas kabin masinis.

”Masinisnya juga tergencet, tetapi mudah dievakuasi, sementara wakilnya itu tidak kelihatan wajahnya. Hanya terlihat bagian belakangnya saja dan salah satu kaki terjulur keluar. Namun, semua masih bisa mendengar dia mengerang,” kata Potok.

Petugas medis dari dinas kesehatan setempat, Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bogor, dan dari Kepolisian Sektor Kota Bogor berupaya menyelamatkan Akbar. Infus dipasang dan obat-obatan penahan sakit diberikan. Akan tetapi, tidak ada peralatan yang ada di lokasi kejadian yang bisa melonggarkan besi baja kabin masinis yang menjepit tubuh Akbar.

Warga setempat bersama dengan anggota polisi dan TNI mengumpulkan banyak alat demi membebaskan Akbar. Gerinda, gergaji besi, linggis, hingga bor besi sudah dicoba, tetapi tetap tak berhasil. Pada saat yang sama, beberapa petugas medis memperkirakan Akbar terus kehilangan darah akibat luka-luka di tubuhnya.

”Kami datang baru sekitar pukul 13.30 karena mendengar masih ada korban tergencet yang belum bisa dievakuasi. Saat kami lihat, infus masih terpasang, tetapi korban dipastikan telah meninggal,” kata Mukmin.

Mukmin dan anggota timnya terpaksa menggunakan sebuah alat pemotong besi dan baja untuk keperluan penyelamatan dan pengungkit khusus. Meskipun demikian, dibutuhkan waktu sekitar dua jam untuk merenggangkan besi baja itu.

Menurut Mukmin, posisi Akbar dalam kondisi tengkurap. Sebagian badan dan kaki kirinya sebenarnya bebas, tidak terhalang apa pun. Namun, kaki kanan terjepit, pergelangan kakinya remuk karena terhantam badan kereta. ”Ini yang menyebabkan evakuasi sulit,” katanya.

Urung pesta

Di Rumah Sakit PMI Kota Bogor, ayah dan bunda Akbar telah menunggu. Tangis pilu ibu Akbar, Ny Marini (40), menggema di ruang perawatan jenazah Bagian Forensik Kedokteran RS PMI Bogor. ”Akbar bangun.... Ayo, bangun, Nak. Pak, mengapa Akbar enggak bangun-bangun,” jeritnya. Suaminya, Saut Idris (43), pun tak kalah berduka.

”Dia anak yang sangat baik, sangat menurut kepada kami. Setiap malam Jumat tidak pernah lupa mengaji. Mengapa dia yang duluan dipanggil,” tutur Saut.

Marini dan Saut terakhir bertemu Akbar pada Senin (3/8) sore, sebelum anaknya itu pergi berangkat kerja. Mereka makan bersama dan Akbar tampak ceria. ”Dia anaknya memang humoris. Ada saja perkataannya yang membuat kami tertawa. Akbar saat itu sempat bercerita akan pesta dengan teman-temannya satu angkatan di kantor. Katanya mau beli kambing,” ungkap Marini.

Saut menambahkan, pesta syukuran dengan teman-teman kantor satu angkatannya pada tanggal 8 Agustus ini merayakan pengangkatan status mereka dari karyawan tidak tetap menjadi karyawan tetap PT KA Commuter Jabodetabek. Akbar yang masih memiliki dua adik ini mulai bekerja di PT KA sejak 1 November 2007, saat itu ia baru saja lulus sekolah menengah kejuruan.

Sehari setelah rencana pesta dengan teman-teman seangkatan, laki-laki yang belum berkeluarga ini juga akan reuni bersama teman-temannya SMK Nasional Bogor. Cita-cita Akbar untuk membangun rumah orangtuanya di RT 003 RW 07 Pancoran Mas, Depok, pun urung. Padahal, gambar rumah sudah dibuat dan uang gaji bulanan telah ditabung.

Sementara itu, keluarga Ujas, masinis Pakuan Express KA 221, warga Cibeureum Inpres RT 02 RW 05 Desa Sukawengi, Dramaga, Kabupaten Bogor, belum dapat bercerita banyak. ”Kami masih khawatir dengan kondisi Bapak yang belum stabil,” kata Yuli (21), anak sulung Ujas.

Salah seorang penumpang KRL AC Pakuan, Edwin, yang berada di kabin masinis saat kejadian, menuturkan, ia sempat melihat Ujas sangat terkejut saat melihat ada KRL lain di jalurnya.

”Dia sambil memegang tuas KRL berseru Allahu Akbar..., Allahu Akbar. Lalu terjadi tabrakan. Suaranya sangat keras. Saya terlempar ke belakang,” katanya. Warga Cipaku tersebut menderita luka memar di punggung. Suara keras tabrakan itu sempat membuat warga Bubulak mengira ada bom meledak di atas kereta. (Ratih P Soedarsono/Pascal S Bin Saju/Neli Triana)

p:0UieKXu5.0pt'>Dalam melaksanakan TMC, tutur Samsul, dari pesawat akan ditebarkan serbuk garam halus untuk mempercepat terjadinya kondensasi pada kumpulan awan untuk dapat mempercepat hujan.

Untuk pembersihan asap dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan, pelaksanaan operasi TMC dapat dilakukan mulai Agustus 2009 hingga Oktober 2009, yaitu untuk wilayah Provinsi NAD, Riau, Kalbar, Kalteng, dan Kalsel.

UPT HB juga telah menyiapkan TMC pada Agustus 2009 hingga April 2010. Untuk itu akan dikerahkan tiga pesawat terbang jenis Caca NC 200 tipe Rain Maker, bahan semai awan jenis bubuk dan flare (nyala api), satu unit mobil radar cuaca, 50 personel peneliti dan perekayasa, peralatan komunikasi, peralatan navigasi GPS, serta penakar hujan otomatis dan manual.

Adapun untuk menambah curah hujan di waduk dan danau yang strategis di Indonesia, sebagai antisipasi kebutuhan air pertanian pada musim tanam MT I dan II, pelaksanaan operasi TMC dapat dilakukan mulai Oktober 2009 hingga April 2010 untuk wilayah Provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Untuk itu telah dilakukan koordinasi yang intensif dengan instansi terkait, khususnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana di Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat serta Kementerian Negara Riset dan Teknologi.

Ditambahkan Samsul, bila kebakaran hutan meningkat, ditanggulangi dengan menggunakan pesawat terbang dilengkapi tangki pengangkut air. Tahun 2006, misalnya, digunakan pesawat pengebom air milik Rusia berkapasitas 12.000 liter. Pesawat ini dapat melakukan manuver di atas permukaan sungai untuk mengambil air. Air diangkat dan dijatuhkan di lokasi kebakaran.

Menurut Harry, Amerika Serikat juga mengembangkan pesawat terbang jenis ini dengan berbagai kapasitas angkut, dari 5.000 liter hingga 12.000 liter.

TABRAKAN KERETA API

Pakuan Seruduk KRL Ekonomi

Rabu, 5 Agustus 2009 | 02:56 WIB

Bogor, Kompas - Penyidik Komite Nasional Keselamatan Transportasi masih menyelidiki penyebab musibah tabrakan dua kereta api di Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/8) pukul 10.28. Tabrakan yang melibatkan KRL Ekonomi 549 dan KRL AC Pakuan Express 221 yang berada di satu lintasan Bogor-Jakarta itu menyebabkan 1 penumpang tewas dan 59 orang lainnya luka- luka.

Satu penumpang yang tewas adalah Akbar Felani (21), asisten masinis Pakuan Express. Anak pertama dari Saut Idris (43) dan Marini (40), warga RT 003 RW 07, Pancoran Mas, Depok, itu tewas sekitar pukul 13.30 atau tiga jam setelah kejadian. Ia tewas akibat terjepit kedua kereta. Jasadnya baru bisa dikeluarkan dari jepitan kereta pada pukul 15.30 dan langsung dievakuasi ke RS Palang Merah Indonesia (PMI) Bogor.

Semua korban luka-luka dilarikan ke tiga rumah sakit, yakni RS Salak, RS PMI, dan RS Karya Bhakti, Bogor. Kepala Humas Daerah Operasi I Jakarta Bambang Priyono menjelaskan, hingga semalam korban yang dirawat inap tujuh orang, yakni dua di RS Salak, empat di RS PMI Bogor, dan satu di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.

”Sebenarnya kami menerima lima pasien rawat inap, tetapi seorang di antaranya, yakni Agus (29), warga Cipaku, dirujuk ke RSCM karena menderita luka terbuka yang serius di bagian kepala dan badan. Kami belum memiliki peralatan yang dibutuhkan untuk menanganinya,” ujar Kepala Humas RS PMI Yudha Waspada.

Kepala Jasa Raharja Bogor Tugiman Usman menegaskan, biaya pengobatan semua korban kecelakaan tersebut di rumah sakit ditanggung Jasa Raharja.

Musibah tabrakan terjadi di Kampung Bubulak, RT 002 RW 02, Kelurahan Kebon Pedes, Tanah Sareal, Kota Bogor. KRL Pakuan Express keluar dari Stasiun Besar Bogor pada pukul 10.20 menyeruduk KRL Ekonomi yang sedang berhenti. Kereta ekonomi sudah lebih dahulu meninggalkan stasiun, yakni pukul 10.10.

Berkaitan dengan tragedi tersebut, Menteri Perhubungan Jusman Safeii Djamal meminta manajemen PT Kereta Api (KA) memperbaiki sistem dan sumber daya mereka.

”Direksi PT KA harus fokus membenahi sistem pengoperasian kereta api,” kata Jusman.

Selain itu, kata Jusman, perlu diatur jadwal tugas masinis dengan lebih baik agar tingkat kewaspadaan masinis terjaga sehingga keamanan makin terjamin. Di sisi lain, dipastikan Balai Yasa atau depo-depo sanggup merawat KA dengan baik.

Masih diselidiki

Juru bicara Komite Nasional Keselamatan Transportasi, JA Barata, menjelaskan, pihaknya sedang menyelidiki penyebab terjadinya kecelakaan itu. ”Apakah terkait kelalaian manusia atau masalah teknis seperti persinyalan, kondisi rem, dan rambu-rambu lainnya. Kami akan menyelidiki mengapa kereta ekonomi tiba-tiba berhenti di jalan,” katanya.

Apabila KRL Ekonomi itu sedang berhenti, semestinya masinisnya, yakni Supangat, segera menghubungi stasiun terdekat untuk melaporkan kondisi keretanya. ”Dia harus melaporkan dengan alat komunikasi yang ada agar petugas di stasiun dapat mengatur jadwal pemberangkatan kereta berikutnya,” katanya.

Sekretaris Perusahaan PT KA Komuter Jabodetabek Makmur Ikhtiarsyah mengatakan, internal PT KA sedang melakukan penyelidikan, apakah kecelakaan itu akibat kelalaian petugas. Bagaimana posisi kedua kereta, apakah ada bekas rem pada Pakuan Express dan persinyalannya berfungsi atau tidak.

Menurut Barata, sepanjang tahun 2009 di Indonesia sudah ada empat kejadian yang serupa di jalur yang sama. Saksi mata menjelaskan, kecelakaan dua KRL itu merupakan peristiwa kedua di Kampung Bubulak setelah tahun 2003. Kecelakaan itu berdampak terganggunya perjalanan KRL Jakarta-Bogor dan sebaliknya selama 30 menit-1 jam.

Kepala Polres Kota Bogor Ajun Komisaris Besar Sufyan Syarif mengatakan, pihaknya sudah memeriksa dua orang, yakni Febrianto selaku operator pemberangkatan dan Bambang Pap, petugas informasi peron, keduanya di Stasiun Besar Bogor. Sementara Supangat belum diperiksa karena sedang dipanggil ke kantor pusat di Jakarta.

Menurut Sufyan, dari pemeriksaan itu diketahui mereka telah menjalankan tugasnya sesuai standar operasional di stasiun. Mereka tak mengerti mengapa KRL Ekonomi berhenti di tengah jalan. Tak ada informasi apa pun tentang itu dari masinisnya, Supangat.

Dari total 10 gerbong, satu gerbong KRL Ekonomi dan tiga gerbong Pakuan Express rusak parah. Menurut Kepala Polsek Kota Bogor Tengah Ajun Komisaris Ade Hidayat, dua rangkaian KRL yang bertabrakan sudah dievakuasi ke Depo Stasiun Besar Bogor pukul 18.00.(ryo/CAL/NEL/RTS)

ight}0tKXuang=IT style='font-size: 10.5pt;font-family:Arial;color:black;mso-ansi-language:IT'>Dijelaskan Kepala Pusat Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Samsul Bahri, UPT HB sebagai salah satu unit di bawah BPPT sesuai dengan tugas pokok fungsinya melaksanakan pengkajian dan penerapan TMC serta memberikan pelayanan kepada masyarakat, instansi pemerintah, dan swasta.

Dalam melaksanakan TMC, tutur Samsul, dari pesawat akan ditebarkan serbuk garam halus untuk mempercepat terjadinya kondensasi pada kumpulan awan untuk dapat mempercepat hujan.

Untuk pembersihan asap dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan, pelaksanaan operasi TMC dapat dilakukan mulai Agustus 2009 hingga Oktober 2009, yaitu untuk wilayah Provinsi NAD, Riau, Kalbar, Kalteng, dan Kalsel.

UPT HB juga telah menyiapkan TMC pada Agustus 2009 hingga April 2010. Untuk itu akan dikerahkan tiga pesawat terbang jenis Caca NC 200 tipe Rain Maker, bahan semai awan jenis bubuk dan flare (nyala api), satu unit mobil radar cuaca, 50 personel peneliti dan perekayasa, peralatan komunikasi, peralatan navigasi GPS, serta penakar hujan otomatis dan manual.

Adapun untuk menambah curah hujan di waduk dan danau yang strategis di Indonesia, sebagai antisipasi kebutuhan air pertanian pada musim tanam MT I dan II, pelaksanaan operasi TMC dapat dilakukan mulai Oktober 2009 hingga April 2010 untuk wilayah Provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Untuk itu telah dilakukan koordinasi yang intensif dengan instansi terkait, khususnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana di Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat serta Kementerian Negara Riset dan Teknologi.

Ditambahkan Samsul, bila kebakaran hutan meningkat, ditanggulangi dengan menggunakan pesawat terbang dilengkapi tangki pengangkut air. Tahun 2006, misalnya, digunakan pesawat pengebom air milik Rusia berkapasitas 12.000 liter. Pesawat ini dapat melakukan manuver di atas permukaan sungai untuk mengambil air. Air diangkat dan dijatuhkan di lokasi kebakaran.

Menurut Harry, Amerika Serikat juga mengembangkan pesawat terbang jenis ini dengan berbagai kapasitas angkut, dari 5.000 liter hingga 12.000 liter.

Pesawat Tergelincir, Pilot Tewas

Rabu, 5 Agustus 2009 | 04:04 WIB

Bangkok, Selasa - Sebuah pesawat tergelincir di landasan dan menabrak sebuah menara pengawas yang sudah tidak dipakai setelah mendarat di pulau wisata Koh Samui hari Selasa. Peristiwa itu menewaskan pilot dan mencederai 34 orang di dalamnya, menurut seorang pejabat.

Kopilot dan enam orang lainnya luka parah setelah pesawat Bangkok Airways mendarat dalam hujan lebat dan menabrak menara lama bandara itu, kata Kanikka Kemawutanond, Dirjen Penerbangan Sipil Thailand.

”Kerusakan berat ada di bagian depan pesawat tempat di mana pilot berada. Tampaknya dia terkena tabrakan itu,” kata Mayor Kolonel Polisi Sayan Sartsri, Selasa (4/8).

”Kopilot masih terjepit dan kami masih mencoba mengevakuasi dia dari pesawat,” kata Kanikka. Penumpang dan awak yang lain telah dievakuasi dan yang cedera dikirim ke lima rumah sakit di Koh Samui, katanya. Selain ketujuh orang itu, mereka menderita luka ringan.

Koh Samui, yang terletak 298 kilometer sebelah selatan Bangkok, adalah sebuah pulau di Teluk Thailand yang populer di kalangan turis asing.

Kanikka mengatakan, pesawat ATR72-500 twin-turboprop itu membawa 68 penumpang, 2 pilot, dan 2 awak lain. Pesawat itu Terbang dari Krabi, sebuah tempat wisata populer lainnya di Thailand selatan.

”Laporan-laporan awal menyebutkan bahwa cuaca buruk dengan hujan lebat dan angin kencang. Kami tidak tahu apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pilot yang menyebabkan insiden itu dan saya tidak akan berspekulasi,” katanya.

Tayangan televisi Thailand memperlihatkan pesawat itu menabrak menara pengawas lama, yang kini digunakan untuk tempat truk pemadam kebakaran.

Sebagian besar yang cedera adalah wisatawan. Staf rumah sakit mengatakan, dua wisatawan Inggris dan dua Belanda ada di antara yang cedera, tetapi tak seorang pun dari mereka luka parah.(AP/Reuters/AFP/DI)

KEBAKARAN LAHAN

Dari Suntik sampai "Bom Air"

Rabu, 5 Agustus 2009 | 05:25 WIB

Oleh YUNI IKAWATI

Kemarau kering selalu diikuti kebakaran lahan yang timbulkan polusi asap. Hal itu kembali terulang hari-hari ini. Bencana karena ulah manusia ini diatasi dengan berbagai cara, mulai dari penyuntikan air hingga mengguyurkan air dengan keranjang bambi dan dengan pesawat khusus.

Di antara wilayah lain di Indonesia, Kalimantan dan Sumatera tergolong yang paling sering dilanda kebakaran lahan dan menjadi sumber pencemaran asap. Penyebabnya, di dua kawasan itu gencar dilakukan pembukaan lahan untuk perkebunan pada lahan gambut dengan cara membakar.

Data citra satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang dikeluarkan Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan Departemen Kehutanan pada Senin (3/8) menunjukkan, tiga provinsi yang paling banyak terpantau titik panas adalah Kalimantan Barat (461), Sumatera Selatan (249), dan Riau (206).

Adapun Selasa (4/8) terjadi peningkatan di Sumsel (316). Kalbar masih yang paling banyak (414). Selain di tiga provinsi tersebut, terpantau lonjakan jumlah titik panas di Jambi (232) dan Bangka Belitung (137). Demikian dikatakan Koordinator di Stasiun Penerima Citra Satelit NOAA milik Dephut Israr Albar.

Kebakaran lahan itu terjadi karena beberapa faktor, yaitu terjadinya kemarau yang kering sekitar April hingga Oktober, adanya tutupan vegetasi berupa rumput dan semak belukar kering, serta tanah mengandung bahan organik tinggi, seperti tanah gambut—yang sangat berpotensi menimbulkan kebakaran. Kebakaran kemudian terjadi karena ada pembakaran limbah perkebunan oleh pekebun.

Selain data satelit dari NOAA untuk pemantauan dan deteksi titik panas di permukaan bumi, digunakan pula data dari Moderate Imaging Resolution Spectroradiometer (Modis) dan Along Track Scanning Radiometer (ATSR). Data tersebut diterima oleh stasiun milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), ujar Totok Suprapto, Kepala Bidang Pemantauan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Lapan.

Satelit tersebut dilengkapi dengan pengukur atau sensor radiasi gelombang elektromagnetik dari permukaan bumi. Ada sensor termal yang digunakan untuk pemantauan titik panas dan sensor cahaya tampak untuk mengidentifikasi kabut asap.

Upaya pemadaman

Menurut Kepala Subdirektorat Program dan Evaluasi Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan Dephut Harry Santoso, data tersebut digunakan sebagai patokan untuk penanganan kebakaran. Penanganan dilakukan dengan mengerahkan regu pemadam kebakaran yang dilengkapi peralatan memadai.

Untuk mengatasi kebakaran hutan, Departemen Kehutanan mulai tahun 2002 membentuk brigade pengendalian kebakaran hutan yang dinamai Manggala Agni. Pasukan pemadam kebakaran hutan kini telah dibentuk di 10 provinsi yang rawan kebakaran lahan, yaitu Sumatera Utara, Jambi, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Kepulauan Riau, dan Sulawesi Barat.

Jumlah anggota Manggala Agni adalah 1.590 orang, terbagi dalam 106 regu. Di antara brigade ini ada 197 orang pasukan khusus yang disebut SMART (Satuan Manggala Agni Reaksi Taktis) yang akan diturunkan pertama kali untuk menangani kobaran api dan kabut asap.

Kebakaran lahan selama ini sulit dipadamkan karena terjadi di kawasan gambut. Penjalaran api terjadi di bawah permukaan. Oleh karena itu, Manggala Agni dilengkapi dengan pipa suntik sepanjang 2 meter-3 meter yang memiliki beberapa lubang di beberapa bagian pipa itu. Untuk memadamkan bara api, pipa ditancapkan hingga kedalaman 2 meter lalu dialiri air bertekanan. ”Alat ini karya inovasi peneliti di Dephut, tetapi belum dipatenkan,” kata Harry.

Operasi pemadaman kebakaran lahan juga didukung dengan penyiraman lewat udara menggunakan tangki air, disebut bambi bucket, yang diangkut oleh helikopter.

Kapasitas tangki itu 500 liter. Pengguyuran air dari tangki tersebut dilakukan di Rokan Hilir, Riau. Pemadaman yang melibatkan dua helikopter milik polisi udara tersebut berlangsung selama 10 hari.

”Bambi bucket digunakan untuk daerah yang sulit diakses oleh Manggala Agni. Dan untuk tingkat kebakaran yang tergolong kecil,” ujar Harry.

Teknik modifikasi cuaca

Menghadapi gejala El Nino yang masih akan berlangsung hingga April 2010, UPT Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) juga menyiapkan dua pesawat terbang dan tim untuk melakukan teknologi modifikasi cuaca.

Dijelaskan Kepala Pusat Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Samsul Bahri, UPT HB sebagai salah satu unit di bawah BPPT sesuai dengan tugas pokok fungsinya melaksanakan pengkajian dan penerapan TMC serta memberikan pelayanan kepada masyarakat, instansi pemerintah, dan swasta.

Dalam melaksanakan TMC, tutur Samsul, dari pesawat akan ditebarkan serbuk garam halus untuk mempercepat terjadinya kondensasi pada kumpulan awan untuk dapat mempercepat hujan.

Untuk pembersihan asap dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan, pelaksanaan operasi TMC dapat dilakukan mulai Agustus 2009 hingga Oktober 2009, yaitu untuk wilayah Provinsi NAD, Riau, Kalbar, Kalteng, dan Kalsel.

UPT HB juga telah menyiapkan TMC pada Agustus 2009 hingga April 2010. Untuk itu akan dikerahkan tiga pesawat terbang jenis Caca NC 200 tipe Rain Maker, bahan semai awan jenis bubuk dan flare (nyala api), satu unit mobil radar cuaca, 50 personel peneliti dan perekayasa, peralatan komunikasi, peralatan navigasi GPS, serta penakar hujan otomatis dan manual.

Adapun untuk menambah curah hujan di waduk dan danau yang strategis di Indonesia, sebagai antisipasi kebutuhan air pertanian pada musim tanam MT I dan II, pelaksanaan operasi TMC dapat dilakukan mulai Oktober 2009 hingga April 2010 untuk wilayah Provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Untuk itu telah dilakukan koordinasi yang intensif dengan instansi terkait, khususnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana di Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat serta Kementerian Negara Riset dan Teknologi.

Ditambahkan Samsul, bila kebakaran hutan meningkat, ditanggulangi dengan menggunakan pesawat terbang dilengkapi tangki pengangkut air. Tahun 2006, misalnya, digunakan pesawat pengebom air milik Rusia berkapasitas 12.000 liter. Pesawat ini dapat melakukan manuver di atas permukaan sungai untuk mengambil air. Air diangkat dan dijatuhkan di lokasi kebakaran.

Menurut Harry, Amerika Serikat juga mengembangkan pesawat terbang jenis ini dengan berbagai kapasitas angkut, dari 5.000 liter hingga 12.000 liter.

Evakuasi Korban Terhambat Kabut

Rabu, 5 Agustus 2009 | 03:06 WIB
Jayapura, Kompas - Lokasi jatuhnya pesawat Merpati Nusantara Airlines di Papua, yang hilang kontak sejak Minggu lalu, Selasa (4/8) pagi ditemukan. Namun, tim SAR yang dikerahkan tak berhasil turun di lokasi karena terhalang kabut tebal. Hingga Selasa malam belum diketahui nasib 13 penumpang dan 3 kru di dalamnya.
Lokasi pesawat itu ditemukan pilot Erick Douglas sekitar pukul 06.00 saat menyisir menggunakan pesawat pilatus PK-RCX milik Yayasan Misi AMA. Saat itu ia terbang dari Lapangan Terbang Perintis Ampisibil di Pegunungan Bintang ke arah selatan.
Douglas hanya melihat ekor pesawat di tebing curam dengan ketinggian 9.300 kaki (2.835 meter) dan kemiringan 120 derajat. Lokasi koordinatnya 04 42’25” LS, 140 36’84” BT atau sekitar 3 mil laut (5,55 kilometer) dari Oksibil, ibu kota Pegunungan Bintang.
Tim misi pencarian pada pukul 11.20 memberangkatkan satu helikopter jenis Kamov PK-JTC milik PT Air Pasifik Utama Jakarta dengan delapan anggota penyelamat. Namun, heli yang diawaki pilot Jung Yeon Woo dan kopilot Kim Kwang Su terhalang awan dan kabut tebal sehingga lokasi pesawat jatuh tak terlihat jelas.
”Heli akhirnya dibawa ke Oksibil. Jika cuaca bagus, pukul 06.00, helikopter berangkat dari Oksibil untuk menurunkan tim SAR ke lokasi penemuan pesawat. Waktu tempuh ke lokasi hanya 10 menit,” ujar Kolonel (Pnb) Suwandi Miharja, koordinator tim misi pencarian yang juga Komandan Pangkalan TNI Angkatan Udara Jayapura, Selasa sore, seusai menunda misi evakuasi.
Selain melalui udara, Suwandi mengerahkan tim penyelamat melalui jalur darat di Obibab, Pegunungan Bintang. Ia menuturkan, tim yang berisi enam anggota TNI, seorang polisi, dan 10 warga sebagai penunjuk arah mulai berangkat pukul 10.30. Diperkirakan, tim darat ini membutuhkan waktu satu hingga dua hari untuk tiba di lokasi.
Tidak kelebihan beban
Komisaris Utama Merpati Said Didu membantah pesawat jatuh karena kelebihan beban (overload). ”Beban saat take-off 11,6 ton dari kemampuan 12,5 ton,” ujarnya di Bandara Sentani, Selasa. Ia didampingi Presiden Direktur Merpati Bambang Bhakti.
Tentang perbedaan nama dalam manifes dengan penumpang sebenarnya di dalam pesawat, menurut Didu, Merpati bertanggung jawab atas keselamatan semua penumpang.
Di Sleman, DI Yogyakarta, keluarga kopilot Pramudya Purwa Adi (38) masih berharap yang terbaik untuk keselamatan anggota keluarga mereka itu. ”Informasi yang kami terima masih simpang siur sehingga saya diutus keluarga berangkat ke Papua mencari kepastian,” kata Teguh Sugiharto, adik Pramudya, di Sleman, Selasa siang. (ICH/ENG)