Thursday, August 6, 2009

TABRAKAN KERERTA API (Korban)






Lima Jam Tergencet, Akbar Pun Meninggal...

Rabu, 5 Agustus 2009 | 04:40 WIB

"Allahu Akbar..., Allahu Akbar. Tahan..., tahan. Ini sudah terbuka. Hati-hati. Siapkan jalurnya. Jangan halangi!” seru Mukmin Maulana, seksi operasi Badan SAR Nasional, Kabupaten Bogor, Selasa (4/8). Tak lama kemudian, jasad Akbar Felani (21), asisten masinis KA Pakuan Express Nomor 221, dapat dikeluarkan dari impitan badan kereta sekitar pukul 15.30.

Drama penyelamatan Akbar memang tidak berakhir bahagia. Saat tabrakan antara KRL AC Pakuan Express dan KRL Ekonomi Nomor 549, keduanya melayani rute Bogor-Jakarta. Tabrakan terjadi pada pukul 10.28.

Ketika itu, Akbar masih bernapas meskipun sebagian badannya terjepit di antara kabin masinis KA Pakuan Express dengan bagian belakang gerbong terakhir KRL Ekonomi.

Potok (50), warga Bubulak, Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, dan salah seorang saksi mata, mengatakan, sekitar pukul 11.00 setelah tabrakan, banyak warga sekitar tempat kejadian naik ke atas kabin masinis.

”Masinisnya juga tergencet, tetapi mudah dievakuasi, sementara wakilnya itu tidak kelihatan wajahnya. Hanya terlihat bagian belakangnya saja dan salah satu kaki terjulur keluar. Namun, semua masih bisa mendengar dia mengerang,” kata Potok.

Petugas medis dari dinas kesehatan setempat, Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bogor, dan dari Kepolisian Sektor Kota Bogor berupaya menyelamatkan Akbar. Infus dipasang dan obat-obatan penahan sakit diberikan. Akan tetapi, tidak ada peralatan yang ada di lokasi kejadian yang bisa melonggarkan besi baja kabin masinis yang menjepit tubuh Akbar.

Warga setempat bersama dengan anggota polisi dan TNI mengumpulkan banyak alat demi membebaskan Akbar. Gerinda, gergaji besi, linggis, hingga bor besi sudah dicoba, tetapi tetap tak berhasil. Pada saat yang sama, beberapa petugas medis memperkirakan Akbar terus kehilangan darah akibat luka-luka di tubuhnya.

”Kami datang baru sekitar pukul 13.30 karena mendengar masih ada korban tergencet yang belum bisa dievakuasi. Saat kami lihat, infus masih terpasang, tetapi korban dipastikan telah meninggal,” kata Mukmin.

Mukmin dan anggota timnya terpaksa menggunakan sebuah alat pemotong besi dan baja untuk keperluan penyelamatan dan pengungkit khusus. Meskipun demikian, dibutuhkan waktu sekitar dua jam untuk merenggangkan besi baja itu.

Menurut Mukmin, posisi Akbar dalam kondisi tengkurap. Sebagian badan dan kaki kirinya sebenarnya bebas, tidak terhalang apa pun. Namun, kaki kanan terjepit, pergelangan kakinya remuk karena terhantam badan kereta. ”Ini yang menyebabkan evakuasi sulit,” katanya.

Urung pesta

Di Rumah Sakit PMI Kota Bogor, ayah dan bunda Akbar telah menunggu. Tangis pilu ibu Akbar, Ny Marini (40), menggema di ruang perawatan jenazah Bagian Forensik Kedokteran RS PMI Bogor. ”Akbar bangun.... Ayo, bangun, Nak. Pak, mengapa Akbar enggak bangun-bangun,” jeritnya. Suaminya, Saut Idris (43), pun tak kalah berduka.

”Dia anak yang sangat baik, sangat menurut kepada kami. Setiap malam Jumat tidak pernah lupa mengaji. Mengapa dia yang duluan dipanggil,” tutur Saut.

Marini dan Saut terakhir bertemu Akbar pada Senin (3/8) sore, sebelum anaknya itu pergi berangkat kerja. Mereka makan bersama dan Akbar tampak ceria. ”Dia anaknya memang humoris. Ada saja perkataannya yang membuat kami tertawa. Akbar saat itu sempat bercerita akan pesta dengan teman-temannya satu angkatan di kantor. Katanya mau beli kambing,” ungkap Marini.

Saut menambahkan, pesta syukuran dengan teman-teman kantor satu angkatannya pada tanggal 8 Agustus ini merayakan pengangkatan status mereka dari karyawan tidak tetap menjadi karyawan tetap PT KA Commuter Jabodetabek. Akbar yang masih memiliki dua adik ini mulai bekerja di PT KA sejak 1 November 2007, saat itu ia baru saja lulus sekolah menengah kejuruan.

Sehari setelah rencana pesta dengan teman-teman seangkatan, laki-laki yang belum berkeluarga ini juga akan reuni bersama teman-temannya SMK Nasional Bogor. Cita-cita Akbar untuk membangun rumah orangtuanya di RT 003 RW 07 Pancoran Mas, Depok, pun urung. Padahal, gambar rumah sudah dibuat dan uang gaji bulanan telah ditabung.

Sementara itu, keluarga Ujas, masinis Pakuan Express KA 221, warga Cibeureum Inpres RT 02 RW 05 Desa Sukawengi, Dramaga, Kabupaten Bogor, belum dapat bercerita banyak. ”Kami masih khawatir dengan kondisi Bapak yang belum stabil,” kata Yuli (21), anak sulung Ujas.

Salah seorang penumpang KRL AC Pakuan, Edwin, yang berada di kabin masinis saat kejadian, menuturkan, ia sempat melihat Ujas sangat terkejut saat melihat ada KRL lain di jalurnya.

”Dia sambil memegang tuas KRL berseru Allahu Akbar..., Allahu Akbar. Lalu terjadi tabrakan. Suaranya sangat keras. Saya terlempar ke belakang,” katanya. Warga Cipaku tersebut menderita luka memar di punggung. Suara keras tabrakan itu sempat membuat warga Bubulak mengira ada bom meledak di atas kereta. (Ratih P Soedarsono/Pascal S Bin Saju/Neli Triana)

p:0UieKXu5.0pt'>Dalam melaksanakan TMC, tutur Samsul, dari pesawat akan ditebarkan serbuk garam halus untuk mempercepat terjadinya kondensasi pada kumpulan awan untuk dapat mempercepat hujan.

Untuk pembersihan asap dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan, pelaksanaan operasi TMC dapat dilakukan mulai Agustus 2009 hingga Oktober 2009, yaitu untuk wilayah Provinsi NAD, Riau, Kalbar, Kalteng, dan Kalsel.

UPT HB juga telah menyiapkan TMC pada Agustus 2009 hingga April 2010. Untuk itu akan dikerahkan tiga pesawat terbang jenis Caca NC 200 tipe Rain Maker, bahan semai awan jenis bubuk dan flare (nyala api), satu unit mobil radar cuaca, 50 personel peneliti dan perekayasa, peralatan komunikasi, peralatan navigasi GPS, serta penakar hujan otomatis dan manual.

Adapun untuk menambah curah hujan di waduk dan danau yang strategis di Indonesia, sebagai antisipasi kebutuhan air pertanian pada musim tanam MT I dan II, pelaksanaan operasi TMC dapat dilakukan mulai Oktober 2009 hingga April 2010 untuk wilayah Provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Untuk itu telah dilakukan koordinasi yang intensif dengan instansi terkait, khususnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana di Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat serta Kementerian Negara Riset dan Teknologi.

Ditambahkan Samsul, bila kebakaran hutan meningkat, ditanggulangi dengan menggunakan pesawat terbang dilengkapi tangki pengangkut air. Tahun 2006, misalnya, digunakan pesawat pengebom air milik Rusia berkapasitas 12.000 liter. Pesawat ini dapat melakukan manuver di atas permukaan sungai untuk mengambil air. Air diangkat dan dijatuhkan di lokasi kebakaran.

Menurut Harry, Amerika Serikat juga mengembangkan pesawat terbang jenis ini dengan berbagai kapasitas angkut, dari 5.000 liter hingga 12.000 liter.