Thursday, August 6, 2009

Evakuasi Korban Terhambat Kabut

Rabu, 5 Agustus 2009 | 03:06 WIB
Jayapura, Kompas - Lokasi jatuhnya pesawat Merpati Nusantara Airlines di Papua, yang hilang kontak sejak Minggu lalu, Selasa (4/8) pagi ditemukan. Namun, tim SAR yang dikerahkan tak berhasil turun di lokasi karena terhalang kabut tebal. Hingga Selasa malam belum diketahui nasib 13 penumpang dan 3 kru di dalamnya.
Lokasi pesawat itu ditemukan pilot Erick Douglas sekitar pukul 06.00 saat menyisir menggunakan pesawat pilatus PK-RCX milik Yayasan Misi AMA. Saat itu ia terbang dari Lapangan Terbang Perintis Ampisibil di Pegunungan Bintang ke arah selatan.
Douglas hanya melihat ekor pesawat di tebing curam dengan ketinggian 9.300 kaki (2.835 meter) dan kemiringan 120 derajat. Lokasi koordinatnya 04 42’25” LS, 140 36’84” BT atau sekitar 3 mil laut (5,55 kilometer) dari Oksibil, ibu kota Pegunungan Bintang.
Tim misi pencarian pada pukul 11.20 memberangkatkan satu helikopter jenis Kamov PK-JTC milik PT Air Pasifik Utama Jakarta dengan delapan anggota penyelamat. Namun, heli yang diawaki pilot Jung Yeon Woo dan kopilot Kim Kwang Su terhalang awan dan kabut tebal sehingga lokasi pesawat jatuh tak terlihat jelas.
”Heli akhirnya dibawa ke Oksibil. Jika cuaca bagus, pukul 06.00, helikopter berangkat dari Oksibil untuk menurunkan tim SAR ke lokasi penemuan pesawat. Waktu tempuh ke lokasi hanya 10 menit,” ujar Kolonel (Pnb) Suwandi Miharja, koordinator tim misi pencarian yang juga Komandan Pangkalan TNI Angkatan Udara Jayapura, Selasa sore, seusai menunda misi evakuasi.
Selain melalui udara, Suwandi mengerahkan tim penyelamat melalui jalur darat di Obibab, Pegunungan Bintang. Ia menuturkan, tim yang berisi enam anggota TNI, seorang polisi, dan 10 warga sebagai penunjuk arah mulai berangkat pukul 10.30. Diperkirakan, tim darat ini membutuhkan waktu satu hingga dua hari untuk tiba di lokasi.
Tidak kelebihan beban
Komisaris Utama Merpati Said Didu membantah pesawat jatuh karena kelebihan beban (overload). ”Beban saat take-off 11,6 ton dari kemampuan 12,5 ton,” ujarnya di Bandara Sentani, Selasa. Ia didampingi Presiden Direktur Merpati Bambang Bhakti.
Tentang perbedaan nama dalam manifes dengan penumpang sebenarnya di dalam pesawat, menurut Didu, Merpati bertanggung jawab atas keselamatan semua penumpang.
Di Sleman, DI Yogyakarta, keluarga kopilot Pramudya Purwa Adi (38) masih berharap yang terbaik untuk keselamatan anggota keluarga mereka itu. ”Informasi yang kami terima masih simpang siur sehingga saya diutus keluarga berangkat ke Papua mencari kepastian,” kata Teguh Sugiharto, adik Pramudya, di Sleman, Selasa siang. (ICH/ENG)